Profil Desa Matobe
Pelajari sejarah, pimpinan, dan struktur organisasi Desa Matobe.
Sejarah Desa Matobe
Nama Matobe berasal dari pohon Tobe, sejenis pohon berdaun lebar yang dahulu tumbuh subur di sepanjang garis pantai desa. Pada masa lampau, wilayah ini menjadi tempat pelarian akibat konflik kekuasaan yang menyebabkan pembantaian di daerah sekitar. Para penyintas melarikan diri dan menetap di kawasan yang kini dikenal sebagai Matobe, yang pada saat itu dipenuhi oleh pepohonan Tobe.
Garis pantai Matobe dahulu terletak lebih jauh ke darat, namun abrasi yang terjadi selama puluhan tahun mengakibatkan pantai semakin maju ke arah laut. Sekitar tahun 1990-an, daerah pesisir ini masih menjadi tempat berkegiatan masyarakat, seperti mencari ikan atau berkumpul bersama keluarga. Salah satu keunikan lokal terjadi saat musim hujan, di mana ibu-ibu biasanya mencari ikan menggunakan tanggu. Mereka bisa mendapatkan ikan kecil, ikan besar, bahkan udang. Ada kepercayaan bahwa hewan-hewan ini berasal dari makhluk berbentuk lendir yang jatuh ke air dan berubah menjadi ikan atau udang pada pagi hari sekitar pukul 6. Jika sudah siang, hewan-hewan ini tidak lagi terlihat.
Pohon Tobe sendiri mirip dengan bakau dan kayunya biasa dimanfaatkan oleh warga sebagai kayu bakar karena dikenal tahan terhadap api dan berkualitas baik. Namun, akibat abrasi yang terus terjadi, keberadaan pohon Tobe kini mulai menghilang.
Kepala Desa

WISMAN | Ny. Juwarti Wisman
Kepala Desa | Ibu Ketua PKK
2021 -2029
Struktur Organisasi Desa


UMKM Desa Matobe
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang ada di Desa Matobe

Unnu (kalung)
Adalah perhiasan kalung khas mentawai yang terbuat dari beberapa macam manik manik yang disusun rapi membentuk pola khas mentawai yang tidak bisa dijumpai dimanapun.
Lihat di Google Maps
Abon ikan
Abon ikan yang menjadi oleh oleh khas mentawai yang terbuat dari ikan laut segar dan memiliki cita rasa khas yang berbeda dari abon lainnya yang bisa di jumpai di kepulauan Mentawai
Lihat di Google Maps
Lulak
Lulak, Peralatan dapur yang bisa disebut lesung merupakan alat utama pembuatan makanan khas Mentawai yang memiliki bentuk unik yang berbeda dari lesung lainnya
Lihat di Google Maps
Luga
Luga Yang merupakan perlengkapan mendayung perahu yang menjadi profesi utama masyarakat Mentawai, dapat dijumpai di seluruh daerah Mentawai yang kualitasnya tidak bisa diragukan
Lihat di Google Maps
Keripik Talas
menjadi oleh oleh khas Mentawai yang tidak bisa ditolak rasa enak dan gurihnya yang terbuat dari Talas pilihan yang berkualitas dari Mentawai
Lihat di Google MapsTempat Wisata
Destinasi wisata menarik di Desa Matobe dan sekitarnya

Wisata Hutan Nipah
Hutan Nipah merupakan kekayaan alam yang telah dimiliki Matobe sejak dahulu kala. Tanaman nipah tumbuh alami tanpa perlu ditanam oleh masyarakat. Jika pohon Tobe tumbuh di sekitar garis pantai, maka nipah tumbuh subur di sepanjang tepian sungai. Keberadaan tanaman ini menunjukkan bahwa dari sisi alam, Matobe memang diberkahi dengan ekosistem yang kaya.
Sungai yang dikelilingi tanaman nipah ini membentang sepanjang kurang lebih 2 kilometer, dan menjadi batas alami antara aliran sungai dan laut. Pemandangan di kawasan ini sangat indah dan potensial untuk dikembangkan sebagai objek wisata alam, seperti wisata susur sungai atau ekowisata hutan nipah.
Salah satu lokasi yang menarik adalah kawasan Sosoroat yang dahulu dikenal sebagai tempat singgah kapal, serta daerah Usut Naik yang terkenal dengan anginnya yang sejuk. Semua ini menambah nilai wisata alami di sekitar hutan nipah dan sungainya.

Air Terjun Mabola
Air Terjun Mabola dulunya memiliki debit air yang sangat deras dan menjadi tempat favorit bagi warga untuk berwisata alam. Nama “Mabola” atau “Mabolak” berasal dari kebiasaan masyarakat yang sering membawa makanan dan berkumpul di bawah air terjun sambil menikmati bolak—sebutan lokal untuk buah atau bagian dari tanaman nipah yang bisa dimakan. Kata “ma” berarti “tempat”, sehingga “Mabolak” berarti tempat menikmati bolak.
Kini, debit air di Air Terjun Mabola sudah tidak sederas dulu, meskipun pesonanya tetap memikat. Jalur menuju air terjun ini cukup mudah ditempuh, dengan jalur yang didominasi medan landai dan hanya memakan waktu sekitar 10 menit berjalan kaki dari titik awal perjalanan. Kawasan ini tetap menjadi pilihan menarik untuk wisata alam singkat dan cocok untuk keluarga.
Peta Zona Tsunami
Peta zona rawan tsunami dan jalur evakuasi untuk keselamatan masyarakat

Peta ini menunjukkan zona rawan tsunami dan jalur evakuasi. Harap diperhatikan untuk keselamatan bersama.